7 Days

5-maneras-para-ser-una-persona-paciente-tumedio

Oleh : Nur Rahma

“Ibu bagaimana kalau ternyata aku tidak betah di tempat ini?”

Aku menunduk sambil memegang tangan ibu.

“Kita coba 7  hari yah nak,kalau dalam waktu 7 hari kamu masih juga ga betah ayah dan ibu akan mencarikan sekolah baru untukmu.”

“Sekolah barunya jangan pesantren yah bu?”

Ibu mengangguk sambil tersenyum.tak lama datang seoarng wanita berpakaian syar’I menghampiri kami

“Ayo salam nak beliau adalah ustadzah” seru ayah padaku.akupun memberi salam dan mencium tangan beliau.

“Ayo ustadzah akan mengantarkanmu kekamar” badanku lemas seketika mendengar perkataaan beliau,bagaimana mungkin aku bias tinggal disini tanpa ayah dan ibu..bagaimana mungkin aku bisa betah tanpa hp,laptop ,ac,bagaimana mungkin aku akan “ccrrrrrrrrrrrrrrrr” tiba tiba terdengar suara mobil.aku berbalik badan aku tak percaya dengan apa yang sedang aku lihat yah,itu mobil ayah.tega sekali ayah dan ibu pergi tanpa berpamitan padaku begitu nakal kah aku sampai sampai mereka tega membuangku disini. “ayah dan ibu jahat jahat!!!” teriakku dalam hati.

“ustadzah lihat ayah dan ibuku pergi begitu saja kejam sekali mereka”ustadzah memelukku yang tengah menangis sambal menjerit tak henti henti.ustadzah terus berusaha menenangkanku dengan sabra.setelah lama menangis akupun lelah aku terdiam meratapi nasib.

Ustadzah mengusap kepalaku lalu mengajakku ke kamar.

“ini kamarmu, ustadzah harap kamu betah disini”

“terimakasih ustadzah” aku membuka pintu kamar dan ternyata tak ada siapapun dikamar ,segera ku tata barang barang ku disebuah lemari kayu yang tertera secarat kertas bertuliskan namaku.

“hai ukti,baru dating yah?” Tanya seorang yang tak kukenal,sekilas wajahnya mirip agnes monika bedanya dia begamis dan berkerudung. “iya aku baru dating tapi namaku Nia bukan ukhti” dia tertawa kecil saat mendengar jawabanku

‘ada apa ?apa aku salah bicara?” dia menggeleng sambal tersenyum.

”kau pasti lulusan sekolah negri yah?”

“iyah,btw kok sepi dimana yang lain?”

“kami sedang makan malam, kau pasti belum makan ayo ikut denganku. Ohya aku Lidya salam kenal  Nia”

Lidya menarik tanganku.Aku dan lidya berjalan menuju dapur sambal bercakap cakap akan kehidupan kami masing masing .Akupun makin mengenal Lidya lebih dalam.

Tiba tiba caca teman lidya menghampiri kami Lidyapun  mengenalkanku padanya “Nia kau pasti akan terpukau meliahat betapa panjangnya antrian”caca berbisik kepadaku.ternyata benar antriannya sangat panjang tapi kata Caca dan Lidya mengantri itu seru.

Tiba tiba satu persatu mereka datang menghampiriku.mereka menanyakan namaku ,alamatku dan semua hal tentangku bahkan mereka juga menanyakan berapa jumlah mantanku, aku sebutkan satu persatu nama mantanku dari mantan biasa sampai mantan terindah.”ayo neng maju” seru seoarang wanita paruh baya yang  biasa dipanggil simbo oleh mereka.akupun mengambil makanan dan ikut makan didalam barisan.entah mengapa makan malam kali ini terasa berbeda aku merasa makan malam kali ini lebih berkesan padahal menu dipiringku hanya tempe goreng dan sambel.kurasa kebersamaanlah yang membuat semuanya indah.

Setelah selesai makan akupun bergegas ke kamar untuk merapikan barang barangku aku senang mereka semua membantuku dan menyambutku dengan ramah dikamar.mereka mengajarkanku melipat dengan menggunakan bantuan sebuah buku, menghias lemari dengan kertas kado,memasang seprai dengan jarum pentul dan masih banyak lagi hal unik yang kutemukan.

Setelah semua selesai aku menanyakan beberapa hal tentang pondok kepada mereka seperti kegiatan dihari esok apa?belajarnya dimana? Dan kami juga saling bertukan pengalaman .tiba tiba”kriiiiinng kriinnggg” bel berbunyi aku menanyakan bel apakah itu dan ternyata itu adalah bel tidur.namun ada satu hal yang unik menurutku,dimana ada sebuah ritual khusus yang wajib dilakukan semua penghuni pondok.seperti membaca surah pilihan,ayat kursi,al-ikhlas al-falaq an-nas dan masih banyak lagi.aku tak tahu untuk apa sebenarnya semua ini yang kutau hatiku jauh lebih tenang.perlahan bayang bayang akan kejadian tadi siang mulai menghilang  aku hanyut dalam damainya malam yang sunyi.

“Bangun bangun ayo ukhti bangun!!!!!terdengar teriakan dan suara bising dari sebuah besi yang dipukulkan ke panci dengan keras ”prank prak prannkkk kumna kumna!!”akupun segera bangun kurasa mereka tak akan berhenti membuat keributan sebelum aku bangkit dan bergegas dari kamar.kulangkahkan kakiku menuruni satu persatu anak tangga ,tiba tiba hatiku bergumam”tak terasa hari ini hari ke tiga,sehari lagi kau akan pergi dari tempat aneh ini” suasana hatiku makin gelisah mendengar suara pukulan panci yang masih belum berhenti.

Setelah lama berjalan langkahku terhenti didepan keran air dipinggir sungai.”hmmmm segarnya alam desa sungguh indah,sejuk hawa pagi menenangkan hatiku yang gelisah”.segera aku berwudu kubasuh wajahku sejuknya air wudu ini membuat damai jiwaku seakan hatiku yang tadinya membara menjadi tenang seketika.ku angkat kedua tanganku aku memohan kepada Sang Ilahi berharap hari ini lebih baik tak lupa aku berdoa untuk kedua orang tuaku agar segera menjemputku.

“woy ayo cepat!!!! Pak kiai sudah dating” teriakan dari pohon jambu itu mengagetkanku.terbyata itu caca dan Lidya,segera aku berjalan menghampiri mereka,Lidya dan Caca langsung berlari sambal menarig tanganku.”mengapa harus terburu buru inikan masih jam 3 malam azan subuh masih lama bukan,santai saja”balasku santai. “iih gini nih kalo masi ngumpulin nyawa. Azan subuh memang masih lamatapi pak kiai dating bukan untuk sholat subuh tapi tahajjud masa lupa sih Nia” sela caca sambal terus berlari memegang tanganku.

Kami datang tepat saat pak kiai mengucapkan salam pertama.Dan betapa konyolnya kami Lidya dan Caca langsung duduk seolah olah kami mengikuti sholat sejak awal, aku yang masih polospun mengikuti trik mereka katanya biar gaada yang tau kalo kita telat dating ke musola.lalu dengan nafas ter engah engah kami mengucapkan salam sambil menghadap kekiri.tiba tiba seorang ustadzah datang menghampiri kami.dengan wajah datar beliau menyuru kami berdiri dan mengulang sholat tahajud bertiga.beliau ternyata melihat tingkah konyol kami .tak hanya itu beliau juga memberi hukuman kepada kami yaitu bersih bersih dirumah pak kiai.

Sore hari pun tiba ,ini saatnya aku Lidya dan Caca menjalani hukuman .kami bertiga bergegas kerumah pak kiai yang letaknya tak jauh dari asrama.setibanya disana kami tidak menemukan sampah secuilpun rumah beliau begitu bersih dan rapih “apa yang mau dibersihkan?”bisik caca “.ini mah gaperlu diberesin juga udah bersih” lanjut lidya sambil tersenyum licik .aku mengerti maksud tatapan mereka”yuk pulang aja yuk orang udah bersih juga”kamipun memutuskan untuk kembali ke asrama belum jauh kami berjalan terdengar suara bunyai yang ternyata sedang berkebun disamping rumahnya.gagallah sudah rencana kami untuk kabur.

“assalamualaikum bunyai”kami bertiga menghampiri beliau lalu mencium tangannya.

“tolong bantu saya mencuci sayuran sayuran ini lalu pindahkan semuanya ke dapur” segera kami melaksanakan tugas yang beliau berikan , sepanjang kami bekerja beliau juga ikut membantu. kami senang dengan sikap beliau yang ramah dan rendah hati.

“anti himar hijau petiklah sayuran dan buah yang sudah matang dikebun ini”.aku mengangguk sambil mengambil keranjang yang disodorkan padaku.

Aku berjalan menelusuri satu persatu buah dan sayuran.cantik nian pemandangan kebun bunyai warna warni buah dan sayur mayur memanjakan mataku,biasanya dipondok jarang yang warna warni paling jemuran para santri .saat tengah serius memilah buah dan sayur tiba tiba langkahku terhenti mendengar lantunan suara yang merdu,ku mencari sumber suara tersebut awalnya aku mengira itu adalah murotal yang di setel pak kiai dan hingga akhirnya kudapati seorang pemuda berpeci dan bergamis marun tengah mengaji disebuah pondok kecil beralaskan karpet biru.tiba tiba sebuah tomat terjatuh dari genggamanku dan membuat pemuda itu diam ,kurasa dia menyadari akan kehadiranku,saat aku hendak berbalik badan pemuda itu tiba tiba saja berdiri dan melihat ke arahku

“Ya tuhan..ya Allah ya Rahman ya Rahim  bagaimana mungkin ada seorang pangeran turun ke kebun sayur disore hari.tampan kali la wajahnya hampir copot jantungku dibuatnya”bisikku dalam hati.

Badanku kaku seketika aku diam seribu bahasa dan dia masih tetap menengok kearahku kurasa dia kebingungan melihat  bagaimana mungkin ada seorang princes cantek dikebun tomat.

“Nia dicariin bu nyai noh” teriak Caca mengagetkanku  dan membuatku salah tingkah kupungut tomat tadi lalu segera ku Menghampiri Caca dan lidya “kau kenapa nia, pipimu merah seperti tomat?” aku hanya berjalan sambil tersenyum lebar.Lidya kemudian melihat kearah pondok tadi.”oh gara gara anak pak kiai rupanya”aku berbalik badan”oh dia anak pak kiai?” sambil berjalan kami bertiga membahas tentang anak pak kiai.aku tak tau namanya kusebut saja dia “pangeran tomat” yang ternyata dia adalah lulusan dari yaman.kata Lidya dan Caca dibalik parasnya yang menawan dia juga pintar dan sholeh .semua santri juga mengakui akan hal itu termasuk Lidya dan Caca .wah persaingan ketat.

Malam pun tiba .kami pun sholat magrib dan isya berjamaah di musolah .sebelum pulang ke asrama kami mengobrol banyak bersama bunyai  kajian mala mini tentang  keutaman alquraan dan para penghafal alquraan.aku baru tau betapa kerennya kalo aku jadi penghapal quraan aku bisa ngasi ayah ibu mahkota.aku jadi tertarik ingin menghafal tapi aku kurang yakin bagaimana mungkin orang sepertiku bisa menghafal qurran yang lebih tebal dari novel yang sering kubaca.tapi kata bunyai tak ada yang tak mungkin .setelah kajian selesai kami pun melakukan ritual malam seperti kemarin.saat aku lidya dan Caca hendak pulang bunyai menghampiri kami dan berkata kalo hukuman kami belum selesai besok kami harus datang lagi kerumah beliau.kamipun sepakat akan dating sore hari sama seperti hari ini .aku senang hukuman ini tak hanya membuatku kami jerah tapi juga membuat pengetahuanku tentang agama lebih mendalam.tak lama berjalan akhirnya kami pun tiba diasrama.kukira semua orang sedang tidur tapi ternyata masih ada saja yang tengah sibuk belajar ada juga yang sedang baca quran .aku merasa begadangku dipondok tak sia sia berbeda dengan begadangku dirumah waktuku terbuang percuma di depan benda gepeng yang membuatku lupa dunia.sampai sampai tak jarang ibu harus memaksaku tidur bahkan handphone ku sempat disita oleh ibu. Seketika pikiranku terbayang akan ibu dan ayah, sekesal apapun aku kepada mereka tak mengurangi sedikitpun rasa cinta dan sayangku kapadanya.

setelah lama berjalan sampailah kami dikamar kurebahkan tubuhku kekasur kutandai satu persatu hari di kalender berharap waktu segeralah berlalu aku igin pulang menemui ayah dan ibu,aku sangat rindu cubitan ibu belayan ibu lemparan sapu ,hanger,gayung tutup panci semuanya.tiba tiba   tak butuh waktu lama aku  mendengar suara dengkuran Lidya dan caca sepertinya mereka sangat lelah,kupandangi kedua sahabatku itu “terimakasih sahabat hari hari ku dipesantren tidak seseram yang kubayangkan karena kalian” .kupejamkan mataku berharap bisa tidur nyenyak malam ini.tiba tiba hati kecilku menyuruhku untuk membuka quran disamping tempat tidurku.aku bangun dari Kasur dan langsung mengambil quran kubuka namun terasa malas untuk membacanya.kututup lagi dan ku lihat semua sisinya siapalah yang sanggup menghafal kitab setebal ini.karena terlalu lama berpikir dan berimajinasi mataku terpejam dan aku tertidur dengan memegang quraan di atas dada.

Pagi hari pun tiba matahari memancarkan sinarnya .aku senang karena hari ini aku Lidya dan Caca aku mencuci berjamaah di sungai.sepanjang perjalanan kesungai kami disuguhi pemandangan desa yang masih sangat asri pohon pohon hijau bunga bunga bermekaran capung dimana mana belalang melompat kesana kemari seolah tenga menyambut kedatangan kami .

“aaahhhhhh umi umi tolong woy woy” teriakan Lidya mengagetkan aku dan caca saat kami berbalik kami melihat Lidya tenga berusaha mengeluarkan kakinya dari genangan tanah liat yang basah saat aku hendah menghampiri Lidya caca justru tertawa terbahak bahak sebenarnya aku juga ingin tertawa tapi aku kasihan melihat Lidya dia adalah orang yang pembersih dan sangat jijik dengan lumpur kutarik tangan Caca menghampiri Lidya yang masih menjerit minta tolong .kami pun berusaha mengeluar kaki kiri Lidya yang masuk kegenangan lumpur untungnya Caca mempunyai tenaga yang kuat jadi tak butuh waktu lama kaki Lidya bisa keluar dengan mudah ,hanya saja satu masalah baru timbul lagi ,ya kakinya berhasil naik tapi sendalnya tertinggal didalam lumpur.kami bertiga serempak tertawa melihat kejadian itu .sendal Lidya tak mungkin bisa diselamatkan Lidya memutuskan untuk mengganti sendalnya yang sebelah dengan sebuah kantong kresek caca tiba tiba saja melepas sebelah sendalnya dan meniru perbuatan Lidya aku juga melakukan hal yang sama.

Kamipun melanjutkan perjalan menuju sungai,tak lama terdengarlah suara arus sungai

“wah mana sungainya aku penasaran”teriakku sambil berlari kecil

Dan aku terkesima melihat sungai yang jernih dan bersih tak tega rasanya kalau harus mencuci disini.

Banyak santriwati yang ternyata sudah tiba sejak tadi .kami pun mencuci riya harus ku akui kalo suara perempuan itu memang tak ada tandingannya bahkan suara arus sungai sekalipun .bahkan saat selesai mencuci sekalipun mereka tak langsung pulang ada yang menangis dipinggir sungai meratapi nasib disekolahkan di pondok.ada yang sibuk bergosip dan macam macam tak terkecuali dengan Aku Lidya dan caca kami sibuk berenang di tepi sungai tak lama kami naik ke atas karena kedinginan, bibir kami berwarna ungu badan kami menggigil.kamipun memutuskan untuk pulang ke asrama kali ini caca dan lidya mengajakku melewati jalan pintas dan  lebih seru karena melewati pinggir sungai .langkah kami terhenti didepan pohon rambutan ,ada seorang ibu tua menawarkan buah rambutan kepada kami walnya kami malu malu .

“kata pak kiai gaboleh nolak rejeki”seru ku malu malu sambil menyenggol Caca

“ini buat kalian nenek senang kalo kaian mau menerimanya”jawab nenek itu sambil menyodorkan sekeranjang buah rambutan segar yang baru dipetik. Tanpa ragu dan bimbang kami bertiga langsung menerimanya .”terimakasih nek”seru Lidya. Kami pun menikmati buah rambutan di pinggir sungai.

“papah Caca suka banget sama buah rambutan”kata caca sambil terus mengunyah rambutan

“andai papah Caca masih ada, caca pen ngasih buah rambutan yang paling manis”

“ini aja ni ca manis banget tapi udah kegigit setengah”selaku

“gapapa ko ca papa anti pasti udah tenang disana doain aja”lanjut Lidya

Aku tak tahu kalo ternyata ayah Caca sudah meninggal dunia.aku pun minta maaf atas perkataanku yang tadi kepada Caca .

”Caca pen banget ngasi Papah sesuatu yang ga semua orang bisa ngasiin ke orang tuanya , tapi apayah dan gimana ?”. Caca mulai berhenti mengupas rambutan.

“aku tau .inget ga yang kata bunyai kalo kita jadi penghafal al-quran kita bisa ngehadiain mahkota keorang tua kita”

“kita ngapal quran aja yok”sela lidya. Kami bertiga saling melirik satu sama lain .tapi sebelum mengambil keputusan kami memutuskan untuk meminta saran kepada bunyai kebetulan sore ini kita akan menemui beliau untuk menjalani hukuman.

Setelah puas mengunyah rambutan kami pun melanjutkan perjalanan pulang .awalnya kami berjalan sambil shalawatan tapi kata Lidya mumpung belom nyampe pondok nyanyi lagu EXO aja ajak Lidya.akhirnya kamipun berjalan sambil menyanyikan lagu terbaru boyband kesukaan kami itu.saat sedang asyik bernyanyi kakiku tersandung sebuah batu dipinggir sungai dan tas cucianku tergelatak dengan keaadaan resleting terbuka dan parahnya tasku menggelinding masuk ke sungai dan baju bajuku hanyut terbawa air sungai spontan aku bangun dan mengejar baju bajuku Lidya dan caca juga ikut membantuku .syukurlah semua berhasil diselamatkan kecuali syal kasayanganku hadian ulang tahun dari ayah bunda.kukejar syal itu aku berlari sekuat tenaga namun arus sungai itu tak bersahabat denganku dia hanyutkan syal itu dalam sekejap.betapa sedih hatiku aku menangis hatiku hancur aku sedih sekai .

“Nia dapet ga syalnyanya”Tanya Caca.aku berbalik dan memeluk Caca dan lidya Aku menangis dipelukan mereka .

” syalnya hanyut,padahal itu hadiah dari ayah dan ibu”ujarku

Kedua sahabatku itu berusaha menenangkanku.kamipun pulang ke asrama.setelah kejadian ini aku kapok  dan tak akan mau lagi menyanyikan lagu EXO .

“jadi kesimpulan dari kejadian hari ini adalah?”Tanya Lidya

“jangan nyanyi lagu EXO kalo udah makan rambutan!”sahut  Caca.

Aku dan Lidya menatap Caca dengan wajah datar.caca memang sosok orang yang humoris dia selalalu bisa menghibur kami .

.

Bel makan pun berbunyi kami pun bergegas menuju dapur.seperti biasa kami harus sabar mengantri .tiba tiba ada seseorang yang menyelak barisan ku .Caca marah dan menarik baju anak itu aku memegang tangan caca dan menggeleng.gadis itu berbalik dan dengan watadosnya dia berkata “apaansih” Lidya memarahinya dan menasehatinya tapi gadis itu tetap saja merasa tak bersalah justru dia pindah kebarisan paling depan.

“sudahlah dia memang seperti itu tak ada yang mau berteman dengannya “sela Caca

“mungkin dia lapar”aku tersenyum kepada Lidya dan caca

 

Sore hari pun tiba .saatnya kami bertiga menjalani hukuman.kamipun bergegas menuju rumah pak kiai.sesampainya disana kami bertiga mencabut rumput rumput kecil dihalaman rumah pak kiai.

“Nia kemari”bunyai memanggilku .aku takut sekali ,aku takut beliau akan memarahiku .beliau mengajakku ke belakang rumah .”apa itu punyamu” bunyai menunjuk kearah jemuran.dan betapa terkejutnya aku melihat syalku yang hanyut tadi berada digantungan jemuran bu nyai.caca dan lidya menghampiriku .

“itu syalmu yang hanyut tadi kan nia?” sela Lidya .aku mengangguk dan berterimakasih kepada bunyai betapa senang hatiku.

“tapi ..afwan bunyai kok bisa disini?”tanyaku

“tadi Gilang yang menemukannya dipinggir sungai, dan katanya dia pernah melihat santri nyai mengenakan syal,jadi dia meminta nyai menanyakannya kepada santri santri yang datang kemari”

Betapa senangnya hatiku mendengar jawaban bunyai ternyata pangeran tomat lah yang menyelamatkan syal kesayanganku itu.Lidya dan Caca tersenyum sambil melihatnkearah ku .kamipun kembali membantu bunyai bersih bersih.

“siapa disini yang bisa masak?”Tanya bunya.Lidya dan Caca berdiri dan berkata bahwa mereka bisa aku hanya diam karena memang sejujurnya aku tak tau memasak.bunyai mengajak caca dan lidya kedapur .aku tetap melanjutkan pekerjaan bersih bersihku.

“tolong antarkan minuman ini ke pak kiai yang beliau sedang melatih pancak silat disebelah sana” seru seorang ustadzah sambil menunjuk ke arah latihan pak kiai.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

 

Tinggalkan komentar